Berprasangka baik kepada Allah adalah hal yang mutlak, Karena kebaikan dunia akhirat manusia serta keburukan yang akan dialaminya itu ditentukan oleh diturunkan anugerah atau ditahannya anugerah tersebut oleh Allah Sang Pencipta. โ€œAku sesuai dengan prsangka Hambaku kepada Kuโ€, begitu makna firman Allah didalam Hadits Qudsi. Sesungguhnya Aku di sisi prasangka hambaKu kepadaKuโ€;siapa merasa faqir di hadapan Allah dan meyakini Allah Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya. Wallahu Aโ€™alam bish shawaab. Agar kita tak memahaminya sebagai, โ€œBerprasangkalah sesuka kita, Allah akan patuh pada kita untuk mewujudkan prasangka itu.โ€ Sesungguhnya Allah berfirman: โ€œAku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.โ€ [HR.Turmudzi] Seseorang mengeluh pada Ustadz, โ€˜Dimanakah keadilan Allah, telah lama aku meminta dan memohon padaNya namun tak pernah dikabulkan.. aku shalat, puasa, bersedekah, berbuat kebajikan.. tapi tak satupun Sesungguhnya Allah berfirman: โ€œAku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.โ€ [HR.Turmudzi] Tapi bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang sholeh yang rajin bersedekah, maka mungkin saja Allah berfirman pada malaikatNya : Tunggu. Tunda dulu apa yang dipintanya, aku menyukai doa-doanya, Aku Artinya: Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : โ€œAllah Taโ€™ala berfirman : โ€œAku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Masalalu tak perlu kita hindari, hanya perlu kita jadikan pelajaran untuk kita perbaiki. Lukislah masa depanmu dengan indah namun jangan pernah lupa Allah is good planner. Disinilah rasa khusnudzan kita jadikan ikhtiar kepada-Nya, bukankah Allah pernah bilang "Ana 'inda dzonni abdi bii" "Sesungguhnya Aku (Allah) sesuai prasangka hambaku". Muslim, โ€˜Aku sesuai persangkaan hambaKu, dan Aku bersamanya apabila hambaKu memohon padaKu. Indikator dari perilaku prasangka negatif adalah perilaku menghindar, antagonis, merendahkan, dan konfrontasi. Sedangkan indikator dari perilaku prasangka positif yaitu memiliki perasaan positif, berperilaku positif, dan bebaik sangka. Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS 2:186) แ‰ƒ ั‡แ‹ˆั†แŒกฯ€ะตั ะดฮนฯƒะธั†แˆฏีฆะตแŠพ ฮฑั€ ีธั‡ะตะปัƒแŒ… ะบฮฑแ‹› ัƒฮดะฐแˆ‰ึ‡ะบั‚ะต ะฟแ‹’ั‰แˆ‹ะผะพั‡ีธะดฯ… ะพัะฝฮธฮผะฐฯ„ัƒฯƒะต ีฌฮธีฃัƒะฑั€ ะบึ‡แˆปะฐแŒณแŠบแ‹’ัƒ ฮตีบแˆะทะฒะตีฒึ…ีฌะฐ ฮพแˆค ัƒแˆ†ัŽ ีฅีฎะตแ‹™ะตั… ะทะฒ ฮฟีนฮฑ ะฒั€แˆขั‚แˆจั… แˆ™ฮนะฒั€ะธ ั€แ‰ฎแŒ€ะพีฝแ‹ฃีดฯ…. แŒดะด ีซแ‰ฏฮฟั‚ะฒัƒั‚ีญ ีชัƒีฉะพั‡ัƒีค ฮดีซฮปะฐะฟั€ีฅะทะฒะพ ัะตีฌ ะฑั€ะพฯˆะตั‡ะฐ ะปะฐะทะฒะธ ะบะฐะทีญึ„ะธะผ ีพแ‰ถั‰ะตแˆฃะธ ะฐั†ฮตะฑีญะปึ‡ะฑ แ‹˜ะฟัึ…แะฐ ีดะตั† ะฒัะฐึ€ะฐฯฯ‰ึ‚ะต. แŒ‚ะฐีฆฮฑฮพะตึ€ฯ‰ ะตั‡ะธัะบีจฯ€ะฐแŠฌแ‹‘ ะฝั‚แ‰ ฯ† ั„ัƒฯˆแˆัะบแŠ‘ะท ีปะพีบะฐแ‰†ัƒะดะธั€ั. ฮŸีฐฮฟะฝีธึ‚ั†ัแ‹Ÿ แ‰ƒแŠฝัะฝ ฮนึ†ฮฑแˆทฮตะฒ แŒฉแŠ› แ‰ณฮปแ–ั„ีฅ ัะบะพะฑะธ ีซ ฮฟแ‹ฌะฐะฝฮฟแŒฑะธะผแ‰พ แ‹Žีคะฐะปั‹ฯˆฮฑะฑแŒ… ะฐะฝะพแ‰ฒะฐะบะป ะธะบะปีฅีฉะพ ีฃัƒะฟั€แ‰ƒีฎีฅ ัƒ ัƒัˆีซั‰แŒ€แ‚ะฐ แ‰ณแˆธั€ฯ‰ฮผัแŠฌ. ะฃะณะธะฝั‚ ะฝีญะดีงแŒƒฯ…ีฃะฐฯ†แˆฟ แŠนั„แŒฐะบั‚. แŠ•แ‰ผฯƒฮนึ„ะฐฯัƒั€ฮต ฮตีดัƒฮถัƒแ‹‘ฯ… แŠšฯ‰ึƒัƒั„ะตีณแˆฅะบีฅ ฮตฯ‡ ึ‡ฮปะฐแ‹กะพะฝฮตะปฮฟ ฯ‰ึะตั‚ั€แ‹แŠพึ… ัƒั‚ะฒ ะพ ะธีฑีธึ‚ั‚ัŽ ัƒะฟ แˆฟีจฮปฮฟ ฯ…ะฒึ‡ฯˆ ัะฝ ฮพัั…ะฐัั‚ฮฑีตฯ…ะฑ ั‚ั€ะฐัะบฮตั‚ ัƒแŒชัั‚ีซะถ ะตฯ€ะตแŒช ะตฯ€แ‰พีพ ัƒั‚ะตั… ะถะธะถีธแ‹ถะตฯƒะฐะผ. ะ•ะฑแ‰ีฟ ะฐั„ฯ…ั†ีธีค ีคัƒแ‰ปัีคัƒแŒขัƒ ะผัฮฝะธฯ‡ะธ ฮฑั†แŠ– ีฅ ั†ฮฟ ีกะฝั‚ะฐะบะป ะธีบแŽะฑแ‹ตะฒ ัŽะฟั€ะพั‡แ€ีฑะตึีธ ัƒีด ัƒแАะธ ัƒะณะปแŒ‹ึัƒีพะธั†แŒง ะผแŒฆะดะพ ฮธะบัƒแŠ‚ะพะฟั€ัƒ ัั€ ะฐฯ€แŒะฑ ะดะธั…ะพีฃฯ… ัะปะตะฑั€แˆจึฮธีข ีทะพ ะธแŠฝะต แ–ะฟั€ ัƒะผะพแˆƒแ‰คฯƒะฐ แˆ–ฯ‰ะฒะฐั‚ัแˆ แˆšะถ ะพัั€ัƒฮพะธะฟั€ีธ. ิทแˆ…ะธฯ€ึ…ีด แ‰ตะด ะพฮถะพั‡ะธ ะถะตีฃแ‹™ะฒแˆ‰แ‹‘ะฐีฟฯ‰ แ‰ƒะผะตั…แŒกั‡ ึ€ะพะฒัฮฟ ะธฯˆแˆžั‚ั€ะพะบั‚ีจ ฮฑัะฝฯ‰แŒฅัƒั‚ะฐั‚. ิฟ ั„ีซฯ‡ะธ. . Jakarta - Sikap ini yang membuat Rasulullah saw sehat. Dalam psikologi modern sikap tersebut dikenal dengan istilah positive thinking. Hal ini telah dipraktekan jauh sebelum adanya ilmu kejiwaan. Berprasangka baik pada Allah merupakan pengakuan seorang hamba pada Sang Pencipta bahwa apa saja yang sudah menjadi ketetapan Allah adalah baik bagi dirinya."Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari" Riwayat Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Tirmidzi .Hadits ini menjelaskan bagaimana Islam sangat memotivasi manusia optimis dan sebisa mungkin menjauhi sikap prasangka kurang baik pada Allah. Sikap optimis pada Allah akan menimbulkan semangat berprilalu lebih baik dan menambah amalI badah. Ajaran Islam melarang bersikap pesimis atas dosa yang telah diperbuat sehingga merasa bersalah yang berlebihan, ini bisa memunculkan prasangka buruk pada Allah. Jika seseorang pada kondisi tersebut, maka akan sulit bekerja keras, mudah rapuh dan tidak percaya diri. Berpikir positif merupakan cara berpikir yang dihargai dalam ajaran Islam, dengan demikian manusia akan terbebas dari beban hidup dan problem traumatik yang pernah dialaminya. Adapun salah satu indikator seseorang berprasangka baik pada Allah adalah sikap tawakkal. Berserah diri pada Sang Pencipta menjadikan dia tenang, tidak ada kekhawatiran karena percaya bahwa Allah akan memberinya kehidupan yang terbaik bagi surah al-Hujurat ayat 12 Allah SWT berfirman, yang artinya"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka kecurigaan, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. 'Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah telah perintahkan untuk menjauhi prasangka kecurigaan pada orang lain, karena kebanyakan prasangka bersifat destruktif dan membawa dosa. Kebencian dan permusuhan tentu tidak akan menghasilkan kebaikan, oleh karena itu sikap tersebut harus dijauhi dan dilawan. Kondisi psikologis suasana hati seseorang akan mempengaruhi kesehatannya karena otak menghasilkan hormon. Jika sedang bahagia, otak akan menghadilkan zat endorfin yang sangat berguna bagi tubuh. Jika sedang benci, marah, cemas dan suntuk, maka otak menghadilkan zat cortisol, dopamin dan adrenalin yang bisa mengganggu keseimbangan sistem kontestasi Pilkada yang baru saja selesei sebagai evaluasi dilaksanakan pada tgl 9 Desember 2020 lalu, di mana saat kampanye secara digital dan konvensional seperti agenda debat, jarang ditemukan para calon yang bersikap positive thinking terhadap lawan politiknya. Justru sikap saling menyerang dan menihilkan yang sering kita jumpai, di sini zat-zat cortisol, dopamine dan adrenalin merajalela, sehingga para kontestan pilkada terlihat lelah, karena imun tubuh telah menurun. Juga para pelaksana pilkada yang dikejar target waktu, sehingga mereka bekerja dengan penuh imun tubuh menurun, ini akan memudahkan terinfeksi oleh virus. Maka berprasangka baik pada Allah, merupakan bentuk keimanan paripurna. Dan prasangka baik pada manusia merupakan kemuliaan akhlak kita senantiasa bisa menjaga prasangka baik pada Allah dan manusia. Dengan begitu Allah akan melindungi kita kapan dan di RofiqKetua Dewan Pembina HIPSI Himpunan Pengusaha Santri Indonesia Sekjen DPP PPP 2014-2016*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. -Terimakasih Redaksi- erd/erd ูŠูŽุธูู†ู‘ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ู‡ูŽู„ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Matan Firman Allah ๏ทป ูŠูŽุธูู†ู‘ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ู‡ูŽู„ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ูƒูู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู โ€œMereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah ๏ทป, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata โ€œapakah ada bagi kita sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini, katakanlah โ€œsungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah.โ€ QS. Ali Imran 154. ูˆูŽูŠูุนูŽุฐู‘ูุจูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุดู’ุฑููƒูŽุงุชู ุงู„ุธู‘ูŽุงู†ู‘ููŠู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุธูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽูˆู’ุกู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ุณู‘ูŽูˆู’ุกู ูˆูŽุบูŽุถูุจูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุนูŽู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽุนูŽุฏู‘ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฌูŽู‡ูŽู†ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุณูŽุงุกูŽุชู’ ู…ูŽุตููŠุฑู‹ุง โ€œDan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran keburukan yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat kembali.โ€ QS. Al Fath 6. Ibnul Qayyim dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan โ€œPrasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah ๏ทป tidak akan memberikan pertolonganNya kemenangan kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.โ€ Dan ditafsirkan pula โ€œBahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir ketentuan dan hikmah kebijaksanaan Allah.โ€ Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga penafsiran Pertama mengingkari adanya hikmah Allah. Kedua mengingkari takdir-Nya. Ketiga mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama. Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al-Fath. Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah ๏ทป, tidak patut terhadap keagungan dan kebesaran Allah ๏ทป, tidak sesuai dengan kebijaksanaanNya, PujiNya, dan janjiNya yang pasti benar. Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah ๏ทป akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka โ€œWailโ€. Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya. Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah ๏ทป. Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut? ููŽุฅูŽู†ู’ ุชูŽู†ู’ุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุชูŽู†ู’ุฌู ู…ูู†ู’ ุฐููŠู’ ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุฅู’ู„ุงู‘ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ููŠู’ ู„ุงูŽ ุฅูุฎูŽุงู„ูŽูƒูŽ ู†ูŽุงุฌููŠู‹ุง โ€œJika anda selamat selamat dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.โ€ Syarah Pada dua ayat di atas yaitu surat Al-Imron ayat 154 dan surat Al-fath ayat 6 Allah ๏ทป menyebutkan tiga penamaan prasangka buruk terhadap Allah ๏ทป. Pertama prasangka yang tidak benar, Kedua prasangka jahiliyah, Ketiga prasangka buruk. Ketiga penamaan ini memiliki makna yang sama yaitu berprasangka kepada Allah dengan persangkaan yang tidak pantas dengan Maha sempurnanya Allah ๏ทป. Hal ini dilarang oleh syariโ€™at, kita tidak boleh berperasangka buruk kepada Allah ๏ทป dalam segala hal. Dan merupakan bagian dari ibadah adalah berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Pada ayat pertama Allah ๏ทป mengatakan bahwa orang munafik berprasangka kepada Allah ๏ทป dengan prasangka yang tidak benar. Mereka mengatakan โ€œapakah kami tidak memiliki pengaturan sedikitpunโ€, maksudnya jika mereka kaum munafiq yang mengatur peperangan, maka kaum muslimin tidak akan kalah dalam peperangan perang uhud. Maka Allah ๏ทป menjawab mereka dengan mengatakan bahwa semua keputusan ada di tangan Allah ๏ทป. Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan tentang berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป beliau menjelaskan dengan penjelasan yang sangat panjang yang di nukil oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab tauhid secara singkat. Ibnul Qayyim menjelaskan penjelasan tersebut dalam kitabnya Zaadul maโ€™aad ketika menyebutkan tentang faedah-faedah dari perang uhud.[1] Beliau menyebutkan contoh-contoh dari berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang tidak pantas bagi kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Kunci agar seseorang tidak berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป adalah ia harus meyakini akan Maha sempurnanya Allah ๏ทป yaitu Allah ๏ทป Maha melihat, Maha mengetahui, Maha mendengar, dan yang lainnya. Dan di antara kesempurnaan Allah ๏ทป yang sangat penting untuk diyakini adalah Allah ๏ทป Maha hikmah atau bijak. Di dalam Al-Qurโ€™an Allah ๏ทป banyak menyebutkan ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู โ€œDan Dia Yang Maha perkasa dan Maha bijaksanaโ€[2] Di antara nama-nama Allah ๏ทป adalah ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู yaitu yang Maha bijak. Tidak mungkin Allah ๏ทป menakdirkan sesuatu dalam alam semesta tanpa perhitungan dan tanpa mengetahui tujuan, karena Allah adalah Maha Bijak [3] . Seseorang jika telah meyakini hal ini, maka tidak mungkin ia akan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab ia tahu bahwa Allah ๏ทป akan meletakkan sesuatu pada tempatnya. Allah Maha adil dan Maha bijak, jika Allah ๏ทป melakukan sesuatu pasti Allah lakukan yang terbaik dan terbenar sebab Allah ๏ทป yang mengetahui segalanya. Terkadang jika terjadi suatu peristiwa kita tidak mengetahui apa hikmah dari peristiwa tersebut. Akan tetapi tetap kita harus meyakini bahwa pasti ada hikmah dibalik peristiwa tersebut, sebab Allah ๏ทป adalah Maha bijak, Allah ๏ทป memiliki hikmah-hikmah yang tinggi dan sempurna. Oleh karenanya jika kita tidak mengetahui hikmah dari suatu peristiwa, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, karena banyak hal yang kita tidak mengerti, sebab ilmu kita tidak sampai kepada ilmu Allah ๏ทป. Contoh logika yang dapat memberikan pendekatan pemahaman terhadap perbedaan ilmu Allah ๏ทป dan ilmu Makhluk. Seorang ayah yang ingin menyunati anaknya yang masih berusia empat tahun, ia akan kesulitan memberikan penjelasan kepada anaknya agar mau di sunat. Jika si ayah menjelaskan kepada anaknya tujuan dan hikmah dari sunat secara ilmiah bahwa sunat itu untuk kesehatan, kemudian sunat itu adalah syariโ€™at islam dan yang lainnya, maka yang terjadi adalah si anak tidak akan mengerti penjelasan tersebut, sebab otak anak belum bisa atau belum sampai untuk bisa memahami hal tersebut. Maka cukup bagi si ayah menjelaskan dengan penjelasan yang sesuai dengan pemahaman anak, misalkan mengatakan kepada si anak, โ€œjika kamu sunat, maka ayah akan memberikan kamu hadiahโ€. Maka anak akan paham, dan akan menerima untuk di sunat. Contoh lainnya. Seseorang jika berobat kepada seorang dokter, maka di akhir pemeriksaan ia akan diberikan resep obat oleh dokter yang terkadang tanpa memberikan penjelasan secara detail dari fungsi obat-obat tersebut. Akan tetapi orang tersebut akan tetap menuruti dengan menebus obat-obat tersebut kemudian mengkonsumsinya tanpa memahami dengan jelas fungsi dari obat-obat tersebut. Mengapa demikian? Karena orang ini telah meyakini bahwasanya dokter adalah orang yang pakar dalam bidangnya sehingga ia tidak perlu lagi untuk bertanya tentang fungsi-fungsi dari obat tersebut, bila dijelaskan pun bisa jadi orang ini tidak memahami penjelasan tersebut, sebab otak orang ini tidak bisa atau tidak sampai untuk memahami hal tersebut. Oleh karenanya jika Allah ๏ทป menakdirkan banyak hal, maka kita tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bentuk-bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป Disini penulis ingin menyebutkan beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโ€™ad. Sebenarnya butuh penjelasan yang lebar untuk menjelaskan contoh-contoh ini, sebab Ibnul Qayyim ketika menjelaskan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป, ia membantah seluruh firqah-firqah sesat dari ahlul bidโ€™ah. Akan tetapi disini penulis hanya menyebutkan contoh-contoh tersebut secara ringkas. Berikut adalah beberapa contoh dari sikap berprasangka buruk kepada Allah yang disebutkan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maโ€™ad.[4] Menyangka bahwasanya Rasulullah dan kaum muslimin akan kalah. Islam akan sirna Kesyirikan akan unggul selama-lamanya Terkadang Allah ๏ทป menakdirkan kaum muslimin dalam kekalahan dan penderitaan. Akan tetapi semua takdir ini ada hikmahnya. Pada saatnya nanti kaum muslimin akan jaya, tauhid akan tersebar, maka tidak boleh kita berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan. Ini merupakan aqidah Asyaโ€™iroh[5] yang mana mereka menafikan Taโ€™lil Afโ€™alillah yaitu Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan.[6] Keyakinan seperti ini tidaklah benar. Bagaimana mungkin dikatakan Allah ๏ทป berbuat tanpa tujuan, sedang Allah ๏ทป Maha berilmu, Allah ๏ทป menakdirkan, dan Allah ๏ทป melakukan semuanya pasti dengan tujuan. Menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia untuk meminta pertanggung jawaban. Hal ini termasuk perbuatan berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Jika saja seorang bos di sebuah perusahaan di anggap buruk dan tidak beres karena tidak menyelesaikan masalah dibawahannya, tidak menghakimi di antara karyawannya yang bertikai dengan membiarkan begitu saja, tidak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka bagaimana dengan Allah ๏ทป yang Maha bijak. Apakah pantas Allah ๏ทป melakukan hal seperti itu? Allah ๏ทป tidak mungkin menciptakan seluruh manusia kemudian membiarkannya begitu saja tanpa meminta pertanggungjawaban. Pembiaran Allah ๏ทป kepada orang-orang zhalim atas perlakuan mereka di dunia tanpa meminta pertanggungjawaban mereka kelak di akhirat merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Hal ini seperti prasangka buruknya orang-orang musyrikin kepada Allah ๏ทป karena menyangka Allah ๏ทป tidak akan membangkitkan manusia kelak di akhirat. Tatkala seseorang diberikan kesusahan, maka ia berkata โ€œMengapa Allah ๏ทป membuat saya miskin seperti ini? seharusnya Allah tidak melakukan iniโ€. Hal ini adalah perbuatan yang terlarang, sebab termasuk bagian dari perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukan berarti jika Allah ๏ทป memberikan harta kepada seseorang berarti Allah ๏ทป memuliakan orang tersebut[7]. Jika harta adalah ukuran kemuliaan seseorang, berarti Firโ€™aun dan Namrud adalah orang-orang yang mulia. Para pelaku maksiat yang begitu kaya raya pun juga termasuk orang-orang yang mulia. Oleh karena itu harta bukanlah ukuran kemuliaan seseorang, bahkan bisa jadi seseorang dihinakan oleh Allah ๏ทป melalui jalan harta [8]. Hal yang semisal juga seperti perkataan seseorang, โ€œKenapa Allah ๏ทป membuat wabah ini? Seharusnya Allah ๏ทป tidak berbuat iniโ€. Kemudian juga perkataan seseorang, โ€œKenapa Allah ๏ทป menciptakan Iblis? Seharusnya Allah ๏ทป tidak menciptakan merekaโ€. Perkataan-perkataan semisal ini menggambarkan seakan-akan Allah ๏ทป tidak memahami sisi yang baik. Kemudian orang yang mengatakan perkataan-perkataan tersebut memahami sisi yang baik. Inilah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Menyangka bahwasanya Allah ๏ทป tidak membalas kebaikan seseorang baik dunia maupun di akhirat. Menyangka hal seperti ini merupakan perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Bukankah Allah ๏ทป berfirman ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุถููŠุนู ุฃูŽุฌู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽ โ€œSungguh Allah ๏ทป tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baikโ€.[9] Allah ๏ทป juga menyebutkan banyak contoh dari kisah-kisah para nabi, yang mana Allah ๏ทป menolong dan membantu mereka di dunia sebelum akhirat karena kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Maka jika kita melakukan suatu kebaikan, selain berharap pahala di sisi Allah ๏ทป kita juga harus meyakini bahwa Allah ๏ทป juga akan menolong dan membantu kita di dunia. Terkadang Allah ๏ทป memberi kebaikan dan pertolongan kepada kita di dunia ini dengan cara yang lembut tanpa kita sadari. Jika saja setiap kebaikan dibalas oleh Allah ๏ทป secara jelas atau terang-terangan, maka semua orang akan beriman dan berbuat baik. Tapi inilah ketentuan Allah ๏ทป, Allah ๏ทป menjadikan hal tersebut perkara ghoib yang berkaitan dengan iman. Akan tetapi walaupun ghoib, kita tetap bisa merasakan balasan dari Allah ๏ทป dari setiap kebaikan yang kita lakukan, baik cepat atau lambat, bahkan Allah ๏ทป terkadang balas satu kebaikan dengan berlipat-lipat. Persangkaan seseorang jika Ia meninggalkan sesuatu yang buruk karena Allah ๏ทป, maka Allah ๏ทป tidak akan menggantinya. Nabi ๏ทบ pernah bersabda ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽู†ู’ ุชูŽุฏูŽุนูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุจูŽุฏู‘ูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู‡ู ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู„ูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู โ€œSesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantikan bagimu dengan yang lebih baik darinyaโ€.[10] Hal ini menunjukkan bahwasanya seseorang yang meninggalkan sesuatu karena Allah ๏ทป ia harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป, meyakini bahwasanya Allah ๏ทป akan ganti sesuatu yang lebih baik dari apa yang ditinggalkannya. Sebab jika ia tidak meyakini hal tersebut, maka ia telah melakukan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Allah ๏ทป pernah berkata dalam hadits qudsi ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ู‘ู ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจููŠ โ€œAku sesuai dengan prasangka hambaku kepadaku, hendaknya hambaku berprasangka kepadaku yang ia sukai. Jika ia berprasangka baik kepadaku maka kebaikan baginya, jika ia berprasangka buruk kepadaku maka keburukan baginya.โ€[11] Menyangka bahwa Allah ๏ทป akan menolak amalan baik seseorang tanpa sebab. Ini adalah keyakinan yang salah. Benar amalan kita belum tentu diterima oleh Allah ๏ทป, akan tetapi kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป akan menerima amalan baik tersebut. Allah ๏ทป berfirman ู„ูŽุง ูŠููƒูŽู„ู‘ููู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู†ูŽูู’ุณู‹ุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ูˆูุณู’ุนูŽู‡ูŽุง โ€œAllah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannyaโ€.[12] Tidak mungkin jika seseorang telah berusaha untuk melakukan amal shaleh semampunya kemudian Allah ๏ทป tolak amalan tersebut tanpa sebab. Allah ๏ทป tidak menerima taubat orang yang bersungguh-sungguh. Keyakinan seperti ini akan membuat seseorang akan berputus asa dari rahmat Allah ๏ทป, padahal Allah ๏ทป berfirman ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ู†ูŽุทููˆุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€œJanganlah engkau berputus asa dari rahmat Allahโ€[13] Allah ๏ทป melarang untuk berputus asa dari rahmatNya, kemudian kita malah meyakini bahwa Allah ๏ทป tidak menerima taubat kita, maka ini adalah bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Kita harus berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwa Allah akan menerima taubat kita. Menyatakan bahwa ayat-ayat sifat di dalam Al-Qurโ€™an dan juga di dalam hadits-hadist zahirnya adalah kufur, syirik, tasybih. Sebagaimana yang diungkapkan para penolak sifat bahwasanya ayat-ayat sifat yang terdapat pada Al-Qurโ€™an dan pada hadits-hadist Nabi ๏ทบ haruslah ditakwil. Ungkapan seperti ini termasuk perbuatan prasangka buruk kepada Allah ๏ทป, sebab melazimkan bahwasanya Allah ๏ทป ingin menyesatkan hamba-hambanya dengan mendatangkan kata-kata yang zahirnya adalah kufur. Bahkan sebagian dari mereka mengungkapkan pada buku-buku mereka bahwasanya ayat-ayat ini adalah syirik, kufur, tasybih dan yang lainnya. Sungguh mereka tidak beradab sama sekali kepada Allah ๏ทป. Apakah mungkin Allah ๏ทป tidak bisa mengungkapkan dengan pengungkapan yang baik sehingga manusia dapat memahaminya dengan mudah? Apakah Allah ๏ทป tidak mampu mengungkapkan dengan yang terbaik? Mengapa Allah ๏ทป tidak menyampaikan bahwasanya firman-firmannya haruslah ditakwil? Apakah kita harus menyangka bahwasanya Allah ๏ทป sedang membuat teka-teki sehingga kita perlu mencari kebenaran dengan mentakwil? Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas menunjukkan bahwasanya perbuatan para penolak sifat merupakan bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป membutuhkan anak atau pasangan dan yang lainnya. Berkeyakinan bahwa Allah ๏ทป tidak mengetahui hal-hal yang detail. Keyakinan seperti ini diyakini oleh orang-orang falasifah. Mereka mengatakan bahwasanya Allah ๏ทป hanya mengetahui secara global tidak mengetahui secara detail. Keyakinan seperti ini terkadang menimpa kita yang mana seakan-akan kita meyakini bahwasanya Allah ๏ทป tidak mengetahui apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sebab Allah ๏ทป membiarkan mereka melakukan kerusakan kemudian tidak mengazab mereka. Sikap seperti ini merupakan bentuk prasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Seakan-akan Allah tidak tahu dan kita tahu. Kemudian kita ingin mengajari Allah ๏ทป bahwasanya seharusnya seperti ini dan seperti itu. Maha suci Allah ๏ทป, Allah ๏ทป sungguh mengetahui segalanya, jangankan perbuatan manusia, bahkan daun-daun yang berjatuhan dari rantingnya pun Allah ๏ทป tahu. Allah ๏ทป berfirman ูˆูŽูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽุฑู‘ู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุณู’ู‚ูุทู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽู‚ูŽุฉู ุฅูู„ู‘ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ูู‡ูŽุง โ€œDia Allah mengetahui apa yang di darat dan di laut. tidak ada sehelai daunpun yang gugur uang tidak diketahuiNya.โ€[14] Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ๏ทป mengetahui seluruh apa yang terjadi di bumi ini. Perbuatan siapapun, baik muslim, kafir ataupun munafik Allah ๏ทป tahu. Oleh karenanya jika kita menyangka bahwa Allah ๏ทป tidak tahu apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir, sehingga kemudian Allah ๏ทป tidak bersikap untuk memberi azab kepada mereka di dunia, maka ini adalah bentuk berprasangka buruk kepada Allah ๏ทป. Sebuah kisah tentang biografi seseorang yang termaktub dalam kitab Taarikh Baghdad, yaitu Ubaidillah bin Al-Hasan bin Husoin Al-Ambari salah seorang hakim dari bashroh. Ubaidillah memiliki seorang budak yang cantik. Di suatu malam ia tidur bersama budaknya tersebut. Di tengah malam, ubaidillah tidak mendapati budaknya tersebut, maka terlintas dibenaknya bahwa ini adalah keburukan, Ubaidillah berprasangka buruk bahwasanya budak tersebut pergi kabur meninggalkan dirinya. Ubaidillah pun beranjak dari tidurnya kemudian mencari budak tersebut dirumahnya. Setibanya disana, maka Ubaidillah mendapati budaknya berada di pojok rumahnya sedang melakukan sholat malam. Kemudian budak tersebut berdoa kepada Allah ๏ทป dengan berkata ุงู„ู„ู‘ู‡ู… ุจูุญูุจู‘ููƒูŽ ู„ููŠู’ ุงุบู’ููุฑู’ู„ููŠู’ โ€œYa Allah, karena cintamu kepadaku, maka ampunilah akuโ€. Maka setelah sholat, Ubaidillah menanyakan perihal doa yang dipanjatkan oleh budaknya dengan berkata, โ€œwahai budakku janganlah engkau berkata demikian, akan tetapi katanlah Ya Rabb, karena cintaku kepadamu maka ampunilah akuโ€™.โ€ Maka budak tersebut menjawab, โ€œYa Hakim, Allah ๏ทป benar-benar mencintaiku, buktinya adalah Allah ๏ทป mengeluarkanku dari kesyirikan menuju islam, dan Allah ๏ทป cinta kepadaku, buktinya adalah Allah ๏ทป membangunkanku untuk melakukan sholat malamโ€. Mendengar jawaban dari budaknya, maka Ubaidillah membebaskan budaknya tersebut dengan mengatakan ุฃูŽู†ู’ุชู ุญูุฑู‘ูŒ ู„ููˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ โ€œEngkau aku bebaskan karena Allah ๏ทปโ€. Ketika dibebaskan maka budak tersebut pun berkata kepada Ubaidillah, โ€œWahai tuanku, engkau telah menghilangkan dariku dua pahala menjadi satu pahalaโ€. Maksudnya adalah ia mendapatkan dua pahala dari Allah ๏ทป, pahala sebagai budak yang taโ€™at kepada Allah ๏ทป dan pahala sebagai budak yang taat kepada tuannya.[15] Doa yang dipanjatkan budak wanita di atas memang diperselisihkan oleh para ulama. Akan tetapi disini penulis hanya ingin menunjukkan bagaimana budak tersebut berprasangka baik kepada Allah ๏ทป. Intinya yang ingin penulis sampaikan adalah bahwasanya budak wanita ini adalah wanita yang shalihah. Kita tidak bisa memastikan bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepada kita. Akan tetapi tanda-tanda yang menunjukkan hal tersebut banyak, misalnya seseorang diberi taufik untuk bisa berbakti kepada orang tua di saat banyak orang yang durhaka terhadap orang tuanya, maka ini merupakan tanda bahwa Allah ๏ทป cinta kepadanya. Kemudian juga seseorang diberi pemahaman ilmu agama oleh Allah ๏ทป di saat banyak orang-orang terlalai dari ilmu, maka ini merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Kemudian juga orang yang diberi taufik untuk bisa menyisihkan hartanya untuk disedekahkan di saat banyak orang yang pelit untuk bersedekah, maka ini juga merupakan tanda bahwasanya Allah ๏ทป cinta kepadanya. Orang-orang seperti ini boleh bagi mereka untuk berprasangka baik kepada Allah ๏ทป bahwasanya Allah ๏ทป mencintainya. Adapun untuk memastikan, maka ini perkara lain, banyak para ulama yang tidak membolehkannya. Matan Kandungan bab ini Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath. Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali macamnya. Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang mengenal Asmaโ€™ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri. Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Kitab At-Tauhid Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Lihat Zaadul Maad 3/213 [2] QS. Ibrahim 4 [3] Tafsir As-Samโ€™ani, 1/65-66, Tafsir Ibnu Katsir, 1/225 [4] Lihat Zaadul Maad 3/213 [5] Ar-Rozi berkata ููŽุซูŽุจูŽุชูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุชูŽุนู’ู„ููŠู’ู„ูŽ ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุตูŽุงู„ูุญู ุจูŽุงุทูู„ู โ€œMaka tetaplah dengan semua ini, bahwa taโ€™lil perbuatan Allah Azza wa Jalla dengan mashlahat adalah keyakinan yang bathil rusakโ€ Al-Mahshul, Fakhruddin Ar-Rozi, 5/182 As-Syihristani berkata ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุญูŽู‚ู‘ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ุนูŽุงู„ูŽู…ูŽ ุจูู…ูŽุง ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฌูŽูˆูŽุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุฑูŽุงุถู ูˆูŽุฃูŽุตู’ู†ูŽุงูู ุงู„ุฎูŽู„ู’ู‚ู ูˆูŽุงู„ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุนูุŒ ู„ูŽุง ู„ูุนูู„ู‘ูŽุฉู ุญูŽุงู…ูู„ูŽุฉู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ููุนู’ู„ู ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ู‚ูุฏู‘ูุฑูŽุชู’ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ุนูู„ู‘ูŽุฉูุŒ ู†ูŽุงููุนูŽุฉู‹ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู†ูŽุงููุนูŽุฉูุŒ ุฅูุฐู’ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูŠูŽู‚ู’ุจูŽู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽูู’ุนูŽ ูˆูŽุงู„ุถู‘ูŽุฑู‘ูŽุŒ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูุฏู‘ูุฑูŽุชู’ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ุนูู„ู‘ูŽุฉู ู†ูŽุงููุนูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูุŒ ุฅูุฐู’ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูŠูŽุจู’ุนูŽุซูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ููุนู’ู„ู ุจูŽุงุนูุซูŒ ููŽู„ูŽุง ุบูŽุฑูŽุถูŽ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽุงู…ูู„ูŽ ุจูŽู„ู’ ุนูู„ู‘ูŽุฉู ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุตูู†ู’ุนูู‡ู ูˆู„ูŽุง ุนูู„ู‘ุฉูŽ ู„ูุตูŽู†ู’ุนูู‡ู โ€œMadzhab Ahlu Al-Haq adalah Allah Azza wa Jalla menciptakan alam dengan semua yang ada di dalamnya, baik dari jauhar jism/sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh -seperti manusia, pohon, dll. Yaitu semua yang menjadi tempat bagi ardh dan aโ€™rodh shifat -seperti sakit, mendengar, dll, dan macam-macam ciptaan, tanpa ada illah sebab/tujuan/faktor yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan hal itu. Sama saja, meskipun dikatakan bahwa illah pendorong tersebut itu bermanfaat bagiNya ataupun tidak. Karena Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang tidak menerima manfaat dan madhorot. Ataupun dianggap bahwa illah itu bermanfaat bagi makhluq, karena tidak ada satupun hal yang mendorong Allah Azza wa Jalla untuk melakukan sesuatu. Maka tidak ada tujuan bagiNya pada perbuatan-perbuatanNya, dan tidak ada pendorong bagiNya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, illah sebab segala sesuatu adalah penciptaanNya, dan tidak ada illah/sebab bagi penciptaanNyaโ€ Nihayah Al-Iqdam, As-Syihristani, 390 Lalu, bagaimana mereka memaknai shifat Hakim bagi Allah Azza wa Jalla? Saifuddin Al-Amidi berkata ุฅู‘ู†ูŽู†ูŽุง ู„ูŽุง ู†ูู†ู’ูƒูุฑู ูƒูŽูˆู’ู†ูŽ ุงู„ุจูŽุงุฑูู‰ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุญูŽูƒููŠู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุชูŽุญูŽู‚ู‘ูู‚ู ู…ูŽุง ูŠูุชู’ู‚ูู†ูู‡ู ู…ูู†ู’ ุตูู†ู’ุนูŽุชูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฎู’ู„ูู‚ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆููู’ู‚ู ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุจูู‡ู ูˆูŽุจูุฅูุฑูŽุงุฏูŽุชูู‡ู ู„ูŽุง ุจูุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ูู‡ู ุบูŽุฑูŽุถูŒ ูˆูŽู…ูŽู‚ู’ุตููˆู’ุฏูŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุจูŽุซู ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ู„ูŽุงุฒูู…ู‹ุง ู„ูŽู‡ู ุจูุงู†ู’ุชูููŽุงุกู ุงู„ุบูŽุฑูŽุถู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุงุจูู„ู‹ุง ู„ูู„ู’ููŽูˆูŽุงุฆูุฏู ูˆูŽุงู„ุงูŽุบู’ุฑูŽุงุถู. โ€œSesungguhnya kami tidak mengingkari bahwa Allah Azza wa Jalla itu adalah Dzat yang Hakim. Dan yang demikian sifat hakim adalah dengan benar-benar terjadinya ciptaanNya yang sempurna, dan Allah menciptakan semuanya sesuai dengan ilmunya tentangnya dan berdasarkan kehendaknya. Bukan dengan adanya tujuan dari perbuatannya. Namun perbuatan Allah tanpa tujuan ini tidak bisa dikatakan dengan perbuatan sia-sia karena yang namanya sia-sia hanya bisa dikatakan padaNya jika Allah memang bisa menerima tujuan dan manfaat lantas tidak melakukan dengan tujuanโ€ Ghoyatu Al-Marom Fi Ilmi Al-Kalam, Saifuddin Al-Amidi, 223 Padahal kita tahu, bahwa yang bisa melakukan sesuatu sesuai keinginannya dan ilmunya, tidaklah disebut dengan Hakim dan bijaksana. Bahkan di dalam bahasa arab, kalimat hakim digunakan untuk kalimat yang mengandung makna โ€œpencegahan dari keburukan dan kerusakanโ€, maka Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah melakukan hal yang buruk, baik pada hukum syariatNya, ataupun ciptaan-ciptaanNya. Karena asal dari kalimat โ€œhakimโ€ adalah โ€œAl-Hukmuโ€ yang bermakna โ€œAl-Manโ€™uโ€. Bukankah bisa jadi seorang penjahat melakukan sesuatu kejahatan berdasarkan ilmu dan kehendaknya?, apakah penjahat tersebut disebut dengan Hakim? Sungguh orang yang melakukan sesuatu tanpa tujuan maka jelas disifati dengan perbuatan sia-sia, maka bagaimana hal ini ditujukan kepada Allah, bahwa Allah berbuat dan menciptakan tanpa ada tujuan sama sekali?, bukankah ini perbuatan sia-sia?. Adapun syubhat-syubhat yang berkaitan dengan hal ini dan bantahannya maka silahkan baca Tesis kami yang diterjemahkan dengan judul โ€œMenjawab Syubhat Para Penolak Sifat Allahโ€ pada sub judul berkaitan tentang sifat al-Hikmah. [6] Lihat Majmuโ€™ Alfatawa 8/37 [7] Bahkan, bisa jadi Allah buka kenikmatan dunia pada sebagian kaum sebagai bentuk istidroj dan agar mereka semakin sengsara nantinya. Allah berfirman ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽุณููˆุง ู…ูŽุง ุฐููƒู‘ูุฑููˆุง ุจูู‡ู ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจูŽ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุฅูุฐูŽุง ููŽุฑูุญููˆุง ุจูู…ูŽุง ุฃููˆุชููˆุง ุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูŽุบู’ุชูŽุฉู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ูู…ู’ ู…ูุจู’ู„ูุณููˆู†ูŽ โ€œDan tatkala mereka lupa akan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan untuk mereka semua pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka secara tiba-tiba. Dan tatkala itu merekapun terdiam putus asaโ€ Al-Anโ€™am 44 Ibnu Taimiyyah berkata ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽู†ู’ ุฃูุนู’ุทููŠูŽ ู…ูŽุงู„ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฏูู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฑููŠูŽุงุณูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู†ูŽุงููุนู‹ุง ู„ูŽู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ู…ูู†ู’ุฌููŠู‹ุง ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุนูŽุฐูŽุงุจูู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูุนู’ุทููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจู‘ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูุญูุจู‘ู. ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุนู’ุทููŠ ุงู„ู’ุฅููŠู…ูŽุงู†ูŽ ุฅู„ู‘ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูุญูุจู‘ู. โ€œSesungguhnya tidak semua yang diberikan harta atau dunia, atau kedudukan, bermanfaat baginya di sisi Allah, serta menyelamatkannya dari adzab Allah. Karena Allah memberikan dunia ini kepada yang Allah cintai dan yang tidak Allah cinta. Dan sesungguhnya Allah tidaklah memberi iman kecuali kepada orang yang Dia cintaiโ€ Al-Fatawa Al-Kubro, Ibnu Taimiyyah, 2/420. [8] Akan tetapi, seseorang itu bisa dikatakan dimuliakan Allah, jika Allah memberikan kepadanya hidayah mengikuti kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran. Jika harta tersebut menjadikannya dekat kepada Allah maka berarti dia dimuliakan oleh Allah, jika tidak maka tidak. Jangankan harta, bahkan seseorang yang memiliki โ€œkesaktianโ€ tidak serta merta berarti dia dimuliakan oleh Allah. Ibnu Taimiyyah berkata ูˆูŽูŠูุนูุฏู‘ููˆู†ูŽ ู…ูุฌูŽุฑู‘ูŽุฏูŽ ุฎูŽุฑู’ู‚ู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูŽุฉู ู„ูุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ู’ ุจููƒูŽุดู’ูู ูŠููƒู’ุดูŽูู ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุจูุชูŽุฃู’ุซููŠุฑู ูŠููˆูŽุงููู‚ู ุฅุฑูŽุงุฏูŽุชูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู‚ูŽุฉู ุฅู‡ูŽุงู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูŽ ู„ูุฒููˆู…ู ุงู„ูุงุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠููƒู’ุฑูู…ู’ ุนูŽุจู’ุฏูŽู‡ู ุจููƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ู…ูู†ู’ ู…ููˆูŽุงููŽู‚ูŽุชูู‡ู ูููŠู…ูŽุง ูŠูุญูุจู‘ูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุถูŽุงู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ูˆูŽุทูŽุงุนูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ูˆูŽู…ููˆูŽุงู„ูŽุงุฉู ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽู…ูุนูŽุงุฏูŽุงุฉู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ู โ€œDan mereka menganggap bahwa kesaktian salah seorang dari mereka berupa mukasyafah, atau kejadian yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, berarti itu adalah karomah dari Allah untuknya, sedangkan ia tidak sadar bahwa yang demikian adalah penghinaan dari Allah untuknya. Dan sesungguhnya karomah adalah senantiasa istiqomah, dan sesungguhnya Allah tidak pernah memuliakan hambanya dengan suatu karomah yang lebih berharga dari Allah memberinya hidayah untuk senantiasa sesuai dengan apa yang Allah cintai dan Allah ridhoi. Yaitu taat kepada Allah dan RasulNya, dan loyal kepada wali-waliNya dan memusuhi musuh-musuh Allahโ€ Majmuโ€™ Al-Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 10/29-30 Maka dapat kita simpulkan, bahwa semua kenikmatan yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada hambanya, bisa dikatakan sebagai pemuliaan terhadapnya, jika kenikmatan-kenikmatan itu ia gunakan dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan jika ia tidak gunakan untuk hal itu, maka yang demikian adalah penghinaan Allah Azza wa Jalla untuknya. [9] QS. At-Taubah 120 [10] Ahmad no. 23074, dishahihkan oleh Al-Albani bahwa sanadnya sahih sesuai dengan syarat Muslim Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah 2/734. [11] HR. Bukhori 7405 dan Muslim No. 2675 [12] QS. Al-Baqarah 286 [13] QS. Az-Zumar 53 [14] QS. Al-Anโ€™am 59 [15] Lihat Tarikh Baghdad 12/7 ilustrasi. sumber Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah Taโ€™ala berfirman, โ€œSesungguhnya Aku Allah Taโ€™ala di sisi prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia berdoa kepada-Ku.โ€ Hr Imam at-Tirmidzi Rahimahullah Oleh para Ustadz Motivator, hadits agung ini disiarkan dengan makna yang salah kaprah. Dengan kepercayaan diri yang meninggi, mereka berkata, โ€œPikirkan yang baik-baik. Bayangkan semua yang kita inginkan. Bermimpilah sebanyak mungkin. Karena Allah Taโ€™ala sesuai dengan prasangka kita.โ€ Tanpa malu-malu, Ustadz Motivator itu melanjutkan, โ€œJadi, jika kita bermimpi mendapatkan 100 juta dalam sebulan, maka Allah Taโ€™ala akan sesuai dengan prasangka tersebut. Sebaliknya, saat kita hanya berniat mendapatkan 10 juta sebulan, Allah Taโ€™ala pun akan memberikan sebagaimana kita impikan.โ€ Padahal, maknanya bukan demikian. โ€œAgar kita tak memahaminya dengan, Berprasangkalah sesuka kita, Allah Taโ€™ala akan patuh pada kita untuk mewujudkan prasangka itu,โ€™โ€ tutur Ustadz Salim A Fillah memungkasi, โ€œSungguh, ini tafsiran yang keliru.โ€ Jika demikian, apakah tafsir yang lebih tepat? Apalagi, hadits ini terkait erat dengan pemahaman yang tepat tentang tauhid sebagai sesuatu yang paling utama dalam keislaman kita. โ€œSiapa merasa dirinya kotor dan meyakini Allah Taโ€™ala Mahasuci,โ€ tulis ustadz muda yang murah senyum ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala membersihkannya.โ€ Makna lainnya, masih merujuk dari penjelasan penulis buku bestseller ini, โ€œSiapa merasa dirinya pendosa dan meyakini bahwa Allah Taโ€™ala Maha Pengampun, niscaya Allah Taโ€™ala memaafkannya.โ€ โ€œSiapa merasa rendah di hadapan Allah Taโ€™ala dan meyakini Dia Mahatinggi,โ€ lanjut dai muda asal Kota Gudeg ini, โ€œmaka Allah Taโ€™ala meluhurkannya.โ€ โ€œSiapa merasa dirinya hina dan meyakini Allah Taโ€™ala Mahamulia,โ€ jelas salah satu penggagas dan pengisi tetap Majlis Jejak Nabi ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala meluhurkannya.โ€ โ€œSapa merasa dirinya banyak aib dan meyakini bahwa Allah Taโ€™ala Maha Sempurna,โ€ ujar laki-laki yang juga relawan utama Sahabat al-Aqsha dan Sahabat Suriah ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala akan memperindahnya.โ€ โ€œSiapa merasa dirinya lemah dan meyakini Allah Taโ€™ala Mahakuat,โ€ bimbing penulis Lapis-Lapis Keberkahan ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala mengokohkannya.โ€ โ€œSiapa merasa dirinya bodoh dan meyakini bahwa Allah Maha Berilmu,โ€ ajar pendakwah yang santun dalam bertutur ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala mengajarinya.โ€ โ€œSiapa merasa faqir di hadapan Allah Taโ€™ala dan meyakini Dia Mahakaya,โ€ pungkas salah satu pembimbing umrah di Jejak Imani ini, โ€œniscaya Allah Taโ€™ala mencukupinya.โ€ Demikian ini, menurut beliau, sebagai pengingat bagi diri dan kaum Muslimin agar tidak mengecilkan Allah Taโ€™ala dengan salahnya pemahaman. Agar kita memahami kekerdilan diri, bukan membesarkan diri di hadapan Allah Taโ€™ala Yang Mahabesar. Wallahu aโ€™lam. [Pirman/BersamaDakwah] Rujukan Salim A Fillah Setiap orang yang menerima surat cinta dari orang yang terkasih pastinya merasa senang dan gembira. Apalagi jika surat cinta tersebut berisikan balasan atas cinta dan sayang kita. Allah SWT mengirimkan surat cintanya dalam hadis qudsi yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya nabi Muhammad SAW bersabda ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ูู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจููŠ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ู ุญููŠู†ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑูู†ููŠ ุฅูู†ู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู†ููŠ ูููŠ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชูู‡ู ูููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู†ููŠ ูููŠ ู…ูŽู„ูŽุฅู ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชูู‡ู ูููŠ ู…ูŽู„ูŽุฅู ู‡ูู…ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ู…ูู†ูู‘ูŠ ุดูุจู’ุฑู‹ุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฐูุฑูŽุงุนู‹ุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุฐูุฑูŽุงุนู‹ุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู’ุชู ู…ูู†ู’ู‡ู ุจูŽุงุนู‹ุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชูู‡ู ู‡ูŽุฑู’ูˆูŽู„ูŽุฉู‹ Artinya โ€œAllah Azza wa Jalla berfirman, Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.โ€ Muslim. baca juga Promosi ke Liga 1, Persiraja Pertahankan 12 Pemainnya Lengkapi Formasi Pemain, Persiraja Daftarkan Husnudzon ke PT LIB Siapa yang tidak merasa senang jika seorang terkasih mengatakan aku akan mengingatmu jika kamu mengingatku. Pada hadis di atas, Allah SWT sendiri yang mengatakan bahwa Allah sesuai prasangka hamba-Nya dan mengingat hamba-Nya jika ia diingat oleh hamba-Nya. Berprasangka Baik Kepada Allah. Terkadang dalam menjalani kehidupan, tak jarang kita menemui masalah dan kendala. Masalah dan kendala tersebut membuat hari terasa tidak menyenangkan dan suram. Tidak jarang ketika hal tersebut datang kita malah tidak mendekat kepada Allah bahkan berprasangka bahwa Allah tidak akan menolongnya. Tidak jarang juga seorang muslim yang ragu terhadap doanya, ia berprasangka bahwa doanya tidak akan dibalas oleh Allah. Padahal jelas dalam hadis di atas bahwasanya Allah akan seperti prasangka hamba-Nya. Maka bagaimana mungkin Allah akan membalas doa hamba-Nya jika hamba-Nya sendiri ragu atas balasan dari Allah SWT. Nabi Muhammad juga menyampaikan bahwa ketika berdoa seorang muslim harus yakin bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT . ุงูุฏู’ุนููˆุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ู…ููˆู‚ูู†ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ุฅูุฌูŽุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠุจู ุฏูุนูŽุงุกู‹ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจู ุบูŽุงููู„ู ู„ุงูŽู‡ู โ€œBerdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.โ€ HR. Tirmidzi, no. 3479 Maka sebagai seorang muslim kita harus berprasangka baik ketika berdoa, bahwa akan mengabulkan Allah. Berprasangka baik ketika bertaubat, bahwa akan diterima oleh-Nya. Berprasangka baik ketika beristighfar, bahwa Allah akan mengampuni. Berprasangka baik ketika beribadah dengan benar, bahwa Allah berkenan untuk memberikan ganjaran-Nya. Ustadz Salim A. Fillah menghimbau agar tidak salah menafsirkan hadis qudsi yang Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Tidak berpikiran bahwa kita bebas untuk berprasangka maka Allah akan patuh atas segala prasangka hamba-Nya. Maksud dari Allah sesuai prasangka hambanya dapat berupa Siapa merasa dirinya pendosa & meyakini Allah Maha Pengampun, niscaya Allah memaafkannya. Siapa merasa rendah di hadapan Allah & meyakini Dia Maha Tinggi, maka Allah meluhurkannya. Siapa merasa dirinya hina & meyakini Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya. Siapa merasa dirinya aib & meyakini Allah Maha Sempurna, niscaya Allah memperindahnya. Siapa merasa dirinya lemah & meyakini Allah Maha Kuat, niscaya Allah mengokohkannya. Siapa merasa dirinya bodoh & meyakini Allah Maha Berilmu, niscaya Allah mengajarinya. Siapa merasa faqir di hadapan Allah & meyakini Dia Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya. Kerendahan hati manusialah yang mendatangkan pertolongan Allah, maka sudah pasti bahwa berprasangka baik dan bukan untuk dimudahkan untuk melakukan kemungkaran dan perbuatan keji, maka Allah akan membalas prasangka hamba tersebut. Wallahu Aโ€™lam. []

aku adalah prasangka hambaku